Pada kenyataannya tidak semua masyarakat
membentuk sebuah harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan antara
masyarakat diwarnai berbagai persamaan. Namun sering juga didapati
perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti
itulah yang menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
A. Perbedaan
Kepentingan
Perbedaan kepentingan
sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan.
Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu,
misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu
termasuk antara mayoritas dan minoritas. Maksudnya adalah pendapat atau
kepentingan seseorang yang berbeda dengan yang lainnya. Terkadang bisa
menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara damai atau sebaliknya berakhir
secara anarkis.
Namun jika dicermati,
perbedaan kepentingan dapat disiasati dengan saling bertoleransi dan
meningkatkan solidaritas antar masyarakat agar bisa tetap hidup berdampingan
dalam suasana yang harmonis.
B. Prasangka
Diskriminatif dan Etnosentris
Prasangka berarti membuat
keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut.
Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang
sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan
dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada
bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk
akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam
tiga kategori :
-
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
-
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
-
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam
bertindak.
Beberapa jenis diskriminasi terjadi
karena prasangka dan dalam kebanyakan masyarakat tidak disetujui.
Diskriminasi merujuk kepada
pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan
ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia,
ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara
tidak adil karena: karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan,
aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan
dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi
saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat
adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi
saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan
Diskriminasi di tempat kerja.
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk: dari struktur gaji,
cara penerimaan karyawan, strategi yang diterapkan dalam
kenaikan jabatan, atau kondisi kerja secara umum yang bersifat
diskriminatif.
Diskriminasi di tempat
kerja berarti mencegah seseorang memenuhi
aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang
dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi
berdasar pada pendapat bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol
produktivitas pekerja secara individual. Alhasil, pengusaha cenderung
menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras
atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu
memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Etnosentris
Etnosentrisme, yaitu suatu sikap
yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain. Mereka
akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya. Hal ini
terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak kecil
sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan sangatlah
susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat
menguntungkan bagi dirinya.
Terdapat 2 jenis etnosentris yaitu:
1. Etnosentris infleksibel yakni suatu
sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya atau tingkah
laku orang lain,
2. Etnosentris fleksibel yakni suatu
sikap yang cenderung menilai tingkah laku orang lain tidak hanya berdasarkan
sudut pandang budaya sendiri tetapi juga sudut pandang budaya lain
C. Pertentangan
Sosial Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik (pertentangan) mengandung
suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan
orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar
konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari
situasi konflik yaitu :
- Terdapatnya dua atau lebih
unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik
- Unit-unit tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan
- Terdapatnya interaksi di antara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku
yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya,
misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang
paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu
masyarakat :
Pada taraf di dalam diri seseorang,
konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau
emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang.
Pada taraf kelompok, konflik
ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
Para taraf masyarakat, konflik juga
bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok
dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat,
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. Elimination; yaitu
pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan
: kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami
sendiri
2. Subjugation atau
domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Mjority Rule artinya
suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa
mempertimbangkan argumentasi
4. Minority Consent;
artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan
bersama
5. Compromise; artinya
kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
6. Integration; artinya
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
D. Golongan
– Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat majemuk dan Nasional Indonesia
Masyarakat Indonesia digolongkan
sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan
sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional yang berwujud Negara Indonesia.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan aspek dari kemasyarakatan tersebut:
- Suku bangsa dan kebudayaan,
Indonesia terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan berbagai kebudayaan.
- Agama, Indonesia memiliki
toleransi yang besar terhadap berbagai kepercayaan.
- Bahasa, pada suku-suku bangsa yang
bermacam-macam itu terikat oleh bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
- Nasional Indonesia, adalah
merupakan kesatuan solidaritas yang terbentuk sebagai hasil perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa
inggris ”integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi
adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
- Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu.
- Membuat suatu
keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi
sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain
itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di
perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan,
baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya.
Menurut pandangan para penganut
fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua
landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa
terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian
besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat
fundamental (mendasar)
Masyarakat terintegrasi karena
berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan
sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara
kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh
adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat
terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat
bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling
ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk
apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Bentuk Integrasi Sosial :
- Asimilasi, yaitu
pembauran Kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli.
- Akulturasi, yaitu
penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
Faktor-Faktor Pendorong :
A. Faktor Infernal :
- Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
- Tuntutan kebutuhan
- Jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
- Tuntutan perkembangan zaman
- Persamaan kebudayaan
- Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan
bersama
- Persaman visi, misi, dan tujuan
- Sikap toleransi
- Adanya kosensus nilai
- Adanya tantangan dari luar
Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial :
1. Untuk meningkatkan Integrasi Sosial,
Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan perbedaan/konflik yang ada
pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat merasa saling
dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.
E. Integrasi
Nasional
Integrasi nasional adalah kerjasama
dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga
masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi nasional akan lahir jika
integrasi sosial dalam masyarakat berjalan dengan baik. Kesempurnaan dalam
integrasi sosial sebuah masyarakat akan membentuk kekuatan suatu bangsa.
Perbedaan pendapat, keyakinan, suku, ras dan budaya dapat diatas dengan
tingginya solidaritas dan tenggang rasa antar masyarakat. Sudah barang tentu
integrasi nasional akan terbentuk dengan sendirinya.
F. Pendapat
Mahasiswa Mengenai Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Dalam
hidup ini, tidaklah semuanya satu jalan dengan apa yang kita pikirkan, kita
semua diberikan akal dan kelebihan serta kekurangannya masing masing. Maka dari
itu, perbedaan pendapat adalah hal yang amat sangat wajar terjadi dalam
kehidupan kita ini. Kita sebagai makhluk sosial seharusnya bisa menerima hal
tersebut dengan wajar, namun kembali lagi ke awal, tidak semua orang itu sama
sehingga ada beberapa orang yang tidak dapat menerima perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat itu seharusnya dapat dijadikan perbandingan untuk mendapatkan hasil mufakat yang terbaik, bukan untuk mementingkan pendapat milik diri sendiri yang harus dipilih. Jadi kita harus menghargai pendapat orang lain jika memang pendapat milik orang lain tersebut memiliki nilai positif jika dibandingkan pendapat kita.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam perbedaan pendapat, haruslah ada yang dinamakan "Integrasi Sosial". Integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya Sehingga integrasi sosial dapat diartikan sebagai pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
Perbedaan pendapat itu seharusnya dapat dijadikan perbandingan untuk mendapatkan hasil mufakat yang terbaik, bukan untuk mementingkan pendapat milik diri sendiri yang harus dipilih. Jadi kita harus menghargai pendapat orang lain jika memang pendapat milik orang lain tersebut memiliki nilai positif jika dibandingkan pendapat kita.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam perbedaan pendapat, haruslah ada yang dinamakan "Integrasi Sosial". Integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya Sehingga integrasi sosial dapat diartikan sebagai pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
G. Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar