A.
Pengertian
Penalaran
Penalaran
merupakan pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran adalah proses berpikir yang
dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran berlawanan dengan
panca indera karena, nalar didapat dengan cara berpikir sehingga dapat
mengetahui suatu kebenaran.
Induktif
merupakan hal yang dari khusus ke umum.Sehingga dapat dikatakan berpikir
induktif adalah pola berpikir melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan
ke hal-hal yang umum.
B.
Pengertian
Penalaran Induktif
Penalaran
Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang
dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu
kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
Contoh penalaran induktif :
kucing berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan. kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Pada Penalaran Induktif terdapat
beberapa bentuk :
1.
Konsep
Berpikir Induktif
Induksi adalah
cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006).
Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar
Harapan. 2005).
Jalan induksi
mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti
saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya
satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di
antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang
sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
2.
Konsep
Bernalar Dalam Karangan
Dalam praktik,
proses penalaran tidak dapat terpisahkan dengan proses pemikiran. Tulisan
merupakan perwujudan hasil kinerja proses berpikir. Tulisan yang baik,
sistematis, dan logis mencermtnkan proses berpikir yang baik juga. Begitu juga
sebaliknya, tulisan yang kacau mencerminkan proses dan kinerja berpikir yang
kacau pula. Karena itu pelatihan keterampilan menulis pada hakikatnya merupakan
hal pembiasaan berpikir-bernalar secara tertib dalam bahasa yang tertib pula.
Suatu karya
tulis merupakan hasil proses berpikir yang mungkin merupakan hasil deduksi,
induksi, atau gabungan di antara keduanya. Suatu tulisan yang bersifat deduktif
dibuka dengan suatu pernyataan umum berupa kaidah, teori, peraturan, atau
pernyataan lainnya. Selanjutnya pernyataan tersebut dikembangkan dengan
pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian khusus. Sebaliknya, suatu karya
tulis yang induktif dibuka dengan rincian-rincian khusus dan diakhiri dengan
suatu kesimpulan umum atau generalisasi. Gabungan antara keduanya dimulai
dengan pernyataan umum, diikuti dengan rincian-rincian dan diakhiri dengan
pengulangan pernyataan umum yang dikemukakan sebelumnya.
Secara praktis,
proses penalaran deduktif dan induktif dikembangkan dalam bentuk paragraf. Yang
perlu diperhatikan adalah arah atau alur penalaran dan cara pewujudannya dalam
karya tulis. Hal tersebut sangat berhubungan dengan urutan pengembangkan dan
isi karangan.
Pola
penmgembangan gagasan dapat dilakukan dengan 1) urutan kronologis; 2) urutan spasial;
3) urutan alur penalaran.; dan 4) urutan kepentingan.
A. Urutan
kronologis ditandat dengan penggunaan kata-kata seperti dewasa ini, sekarang,
bila, sebelum, sementara itu, sejak saat itu, selanjutnya, dalam pada itu,
mula-mula. Bentuk tulisan ini biasanya dipergunakan untuk memaparkan sejarah,
proses, asal-usul, dan biografi/riwayat hidup.
B. Urutan
spasial digunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan dengan ruang, Biasanya
dipakai dengan urutan waktu. Pola ini biasanya menggunakan kata-kata di sini, di
situ, di, pada, di bawah, di atas, di tengah, berhadapan, bertolak belakang,
berseberangan, dan lain-lain.
C.
Urutan
penalaran menghasilkan paragraf deduktif dan induktif.
D. Urutan
kepentingan dikembangkan berdasarkan skala prioritas gagasan yang dikemukakan.,
dari yang paling penting, menuju yang penting, ke yang kurang penting.
3.
Konsep
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan
umum.
Contoh:
Andika Pratama adalah bintang film, dan
ia berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia
berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film
berwajah tampan. Pernyataan “semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki
kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya: Sapri juga bintang
iklan, tetapi tidak berwajah tampan.
Macam-macam generalisasi :
1. Generalisasi sempurna: Generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna:
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di
Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak
sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran
apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
4.
Hipotesis
dan Teori
Hipotese
(hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan
yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti
fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan
hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan
hipotese.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) membuktikan
bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat
hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus)
a. Hipotesis
pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi
publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik.
Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik,
melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek
investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik,
korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini
korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
b. Hipotesis
kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan
negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak,
pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya
administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan
pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
c. Hipotesis
ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran
pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada
hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek
investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya
proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan
pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai.
Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
d. Hipotesis
keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi
publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan
adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun
perlu digarisbawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas.
Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah
berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya.
Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya
telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi
persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan
produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
5.
Analogi
Analogi dalam
ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Analogi
dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya
memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat
menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah
dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi
seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang
rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor
yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin
dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang
doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
Jenis-jenis Analogi:
1. Analogi induktif :
Analogi
induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang
sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang
diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber
Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas
Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2. Analogi deklaratif :
Analogi
deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum
dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk
penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara
dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang
benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
6.
Hubungan
Kausalitas
Hubungan kausalitas
adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti
antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai
hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
A.
Sebab-
akibat.
Yaitu dimulai
dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang
menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat,
sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.
Contoh: Penebangan liar dihutan
mengakibatkan tanah longsor.
B.
Akibat
– Sebab.
Yaitu hubungan
yang dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu
dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh: Andri juara kelas disebabkan dia
rajin belajar dengan baik.
C.
Akibat
– Akibat.
Yaitu dimulai
dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama
berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya
hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:Toni melihat kecelakaan
dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.
7.
Induksi
dalam metode eksposisi
Eksposisi adalah
salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya
ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini
berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses
kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai
dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi
karangan eksposisi.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar