BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberagaman
dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budaya-budaya lokal yang
berkembang di masyarakat.. Perkembangan budaya lokal di setiap daerah tentu
memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan semangat nasionalisme, karena
kesenian budaya lokal tersebut mengandung nilai-nilai sosial masyarakat. Namun
dalam derasnya arus globalisasi, budaya lokal pada sisi lain mengalami kemajuan
yang sangat pesat, tetapi di sisi lain juga mengakibatkan kerusakan dan
pengkikisan budaya lokal yang luar biasa. Akhir-akhir ini banyak kalangan yang
merasa khawatir akan nasib seni budaya tradisional yang semakin punah dan
ditinggalkan oleh generasi muda. Perguruan tinggi dianggap memiliki faktor
penting bagi berkembangnya budaya lokal di Indonesia baik disekitar lingkungan
perguruan tinggi maupun dilingkungan masyarakat. Karena di perguruan tinggi
diajarkan bagaimana berfikiran kreatif dan baru untuk membuat suatu perubahan
budaya lokal agar tidak terlihat kuno dan terlihat cocok digunakkan oleh para
kaum remaja tanpa merubah ciri khas kebudayaan lokal itu sendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalah yang muncul kemudian
adalah :
1. Bagaimana
pengembangan budaya lokal di perguruan tinggi yang sudah dilakukan hampir di seluruh
perguruan tinggi?
2. Apa
dampak positif dari yang dilakukan di perguruan tinggi bagi pengembangan budaya
lokal?
1.3 Tujuan
Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh pengetahuan baru
yang mendasar dan menyeluruh mengenai pengembangan mengenai pengembangan budaya
lokal di dalam perguruan tinggi sebagai penerus – penerus dan pencetus –
pencetus baru untuk budaya lokal di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan
Budaya Di Perguruan Tinggi
Kebudayaan
di dalam perguruan tinggi sangatlah beragam. Terkadang didalam perguruan tinggi
sendiri itu terdapat para mahasiswa atau mahasiswi yang merupakan pendatang
dari luar daerah yang merantau untuk menganyam pendidikkan di suatu kota besar
seperti Jakarta. Sebelum datang ke Jakarta, mereka mempunyai ciri khas dari daerahnya
sendiri, seperti mahasiswa yang berasal dari daerah Bali, bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Bali
yang sangat kental sekali. Saat tiba di Jakarta tidak mungkin dia menggunakkan
Bahasa Bali,
karena tidak semua warga Jakarta mengerti Bahasa Bali, dari situ
kebudayaan asal mahasiswa itu sedikit ditinggalkan dan berubah menjadi gaya
masyarakat metropolitan.
Di dalam
perguruan tinggi diajarkan berfikiran kreatif, dan belajar cara memecahkan masalah yang
ada di daerah
lingkungan sekitar. Terdapat beberapa perkumpulan di dalam perguruan tinggi,
misalnya perkumpulan masyarakat pendatang dari daerah Bali, disitu
mereka tidak hanya berkumpul dengan para pendatang juga di dalam perguruan
tinggi, tetapi mereka juga membahas suatu event agar budaya Bali dapat dikenal
oleh masyarakat sekitar.
Di
daerah Bali
terkenal dengan kerajinan anyamannya yang
sudah masuk dan dikenal di dunia Internasional dan juga seni tarinya yang
eksotis. Di
sebagian perguruan tinggi memasukkan kebudayaan lokal kedalam pembelajaran untuk
Mahasiswa. Di sana para Mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu umum dari
jurusan yang mereka ambil tetapi juga diajarkan kerajinan seperti cara membuat anyaman dan seni tari. Para
mahasiswa berlomba-lomba untuk membuat suatu kerajinan yang baru dan
memperkenalkannya ke dalam masyarakat luas dengan cara mengadakan suatu
event-event kebudayaan untuk umum.
Universitas Udayana (Unud) kini memiliki pusat
pelayanan dan pengembangan adat/budaya Bali yang
diberi nama ''Bali Shanti''. Ada tiga tupoksi Bali Shanti yaitu pengkajian, konsultasi, dan pelayanan yang berkaitan dengan masalah adat/budaya. Tolok ukur yang digunakan adalah catur dresta yaitu purwa dresta, sastra dresta, loka dresta dan desa dresta.
Dalam kaitan dengan pengkajian
adat Bali, Bali Shanti akan melakukan seminar-seminar. Hasil seminar tersebut akan dibukukan, selanjutnya disumbangkan kepada masyarakat sebagai solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan adat. Masyarakat yang ingin berkonsultasi menganai adat/budaya pun akan disediakan waktu, misalnya dijadwalkan seminggu sekali. Bali Shanti juga menyediakan pelayanan, misalnya mendampingi masyarakat membuat atau merivisi
awig-awig atau membuat peraturan pemerintah yang berhubungan dengan adat.
Dampak
positif dari dimasukkannya kebudayaan lokal kedalam pemblajaran adalah
mahasiswa jadi lebih tahu kebudayaan lokal di Indonesia.
Artinya, mahasiswa yang bukan pendatang mengetahui dan ikut mempelajari
kebudayaan dari suku diluar daerahnya. Hal ini, dapat mempererat dan membuat
para mahasiswa sebagai penerus bangsa sadar akan kekayaan budaya yang dimiliki
Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas saya menarik kesimpulan bahwa peran pembelajaran tentang kebudayaan
lokal di kalangan mahasiswa itu sangatlah penting agar mahasiswa dapat
mencintai kebudayaan lokal mereka sendiri. Mahasiswa jadi dapat berfikir
kreatif agar kebudayaan lokal asli Indonesia juga dicintai di kalangan
masyarakat luas khususnya para remaja. Membuat terobosan-terobosan
baru yang unik dan kreatif tanpa merubah ciri khas suatu budaya, dan
memperkenalkannya di masyarakat luas agar dapat terinspirasi dan mencintai
kembali kebudayaan lokal. Mahasiswa dibantu dengan para pengajar dan juga
beberapa designer dan saling bekerja sama untuk membuat suatu kebudayaan yang
terkesan kuno menjadi modern, pasti kebudayaan lokal di Indonesia semakin
dicintai oleh masyarakat asli Indonesia dan menjadi penarik wisatawan untuk
berkunjung ke Indonesia dan ikut mempelajari kebudayaan Indonesia. Namun, tetap
menjaga asli kebudayaan lokal jangan sampai kebudayaan lokal yang beragam
diakui oleh Negara lain. Kita sebagai mahasiswa dan juga masyarakat Indonesia
wajib melestarikan dan menjaga kebudayaan yang kita miliki.
REFERENSI
Rektor Unud
Resmikan ''Bali Shanti'' Pusat Pelayanan dan Pengembangan Budaya Bali . http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/1/11/b1.htm
( diunduh tanggal 07 April 2014 Pukul 20.00 WIB )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar