Senin, 07 April 2014

Pengembangan Budaya Lokal Di Perguruan Tinggi

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budaya-budaya lokal yang berkembang di masyarakat.. Perkembangan budaya lokal di setiap daerah tentu memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan semangat nasionalisme, karena kesenian budaya lokal tersebut mengandung nilai-nilai sosial masyarakat. Namun dalam derasnya arus globalisasi, budaya lokal pada sisi lain mengalami kemajuan yang sangat pesat, tetapi di sisi lain juga mengakibatkan kerusakan dan pengkikisan budaya lokal yang luar biasa. Akhir-akhir ini banyak kalangan yang merasa khawatir akan nasib seni budaya tradisional yang semakin punah dan ditinggalkan oleh generasi muda. Perguruan tinggi dianggap memiliki faktor penting bagi berkembangnya budaya lokal di Indonesia baik disekitar lingkungan perguruan tinggi maupun dilingkungan masyarakat. Karena di perguruan tinggi diajarkan bagaimana berfikiran kreatif dan baru untuk membuat suatu perubahan budaya lokal agar tidak terlihat kuno dan terlihat cocok digunakkan oleh para kaum remaja tanpa merubah ciri khas kebudayaan lokal itu sendiri.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalah yang muncul kemudian adalah :
1.      Bagaimana pengembangan budaya lokal di perguruan tinggi yang sudah dilakukan hampir di seluruh perguruan tinggi?
2.      Apa dampak positif dari yang dilakukan di perguruan tinggi bagi pengembangan budaya lokal?

1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh pengetahuan baru yang mendasar dan menyeluruh mengenai pengembangan mengenai pengembangan budaya lokal di dalam perguruan tinggi sebagai penerus – penerus dan pencetus – pencetus baru untuk budaya lokal di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Budaya Di Perguruan Tinggi
Kebudayaan di dalam perguruan tinggi sangatlah beragam. Terkadang didalam perguruan tinggi sendiri itu terdapat para mahasiswa atau mahasiswi yang merupakan pendatang dari luar daerah yang merantau untuk menganyam pendidikkan di suatu kota besar seperti Jakarta. Sebelum datang ke Jakarta, mereka mempunyai ciri khas dari daerahnya sendiri, seperti mahasiswa yang berasal dari daerah Bali, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Bali yang sangat kental sekali. Saat tiba di Jakarta tidak mungkin dia menggunakkan Bahasa Bali, karena tidak semua warga Jakarta mengerti Bahasa Bali, dari situ kebudayaan asal mahasiswa itu sedikit ditinggalkan dan berubah menjadi gaya masyarakat metropolitan.
Di dalam perguruan tinggi diajarkan berfikiran kreatif, dan belajar cara memecahkan masalah yang ada di daerah lingkungan sekitar. Terdapat beberapa perkumpulan di dalam perguruan tinggi, misalnya perkumpulan masyarakat pendatang dari daerah Bali, disitu mereka tidak hanya berkumpul dengan para pendatang juga di dalam perguruan tinggi, tetapi mereka juga membahas suatu event agar budaya Bali dapat dikenal oleh masyarakat sekitar.
Di daerah Bali terkenal dengan kerajinan anyamannya yang sudah masuk dan dikenal di dunia Internasional dan juga seni tarinya yang eksotis. Di sebagian perguruan tinggi memasukkan kebudayaan lokal kedalam pembelajaran untuk Mahasiswa. Di sana para Mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu umum dari jurusan yang mereka ambil tetapi juga diajarkan kerajinan seperti cara membuat anyaman dan seni tari. Para mahasiswa berlomba-lomba untuk membuat suatu kerajinan yang baru dan memperkenalkannya ke dalam masyarakat luas dengan cara mengadakan suatu event-event kebudayaan untuk umum.
Universitas Udayana (Unud) kini memiliki pusat pelayanan dan pengembangan adat/budaya Bali yang diberi nama ''Bali Shanti''. Ada tiga tupoksi Bali Shanti yaitu  pengkajian, konsultasi, dan pelayanan yang berkaitan dengan masalah adat/budaya. Tolok ukur yang digunakan adalah catur dresta yaitu purwa dresta, sastra dresta, loka dresta dan desa dresta.
Dalam kaitan dengan pengkajian adat Bali, Bali Shanti akan melakukan seminar-seminar. Hasil seminar tersebut akan dibukukan, selanjutnya disumbangkan kepada masyarakat sebagai solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan adat. Masyarakat yang ingin berkonsultasi menganai adat/budaya  pun akan disediakan waktu, misalnya dijadwalkan seminggu sekali. Bali Shanti juga menyediakan  pelayanan, misalnya mendampingi masyarakat membuat atau merivisi awig-awig atau membuat peraturan pemerintah yang berhubungan dengan adat.
Dampak positif dari dimasukkannya kebudayaan lokal kedalam pemblajaran adalah mahasiswa jadi lebih tahu kebudayaan lokal di Indonesia. Artinya, mahasiswa yang bukan pendatang mengetahui dan ikut mempelajari kebudayaan dari suku diluar daerahnya. Hal ini, dapat mempererat dan membuat para mahasiswa sebagai penerus bangsa sadar akan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas saya menarik kesimpulan bahwa peran pembelajaran tentang kebudayaan lokal di kalangan mahasiswa itu sangatlah penting agar mahasiswa dapat mencintai kebudayaan lokal mereka sendiri. Mahasiswa jadi dapat berfikir kreatif agar kebudayaan lokal asli Indonesia juga dicintai di kalangan masyarakat luas khususnya para remaja. Membuat terobosan-terobosan baru yang unik dan kreatif tanpa merubah ciri khas suatu budaya, dan memperkenalkannya di masyarakat luas agar dapat terinspirasi dan mencintai kembali kebudayaan lokal. Mahasiswa dibantu dengan para pengajar dan juga beberapa designer dan saling bekerja sama untuk membuat suatu kebudayaan yang terkesan kuno menjadi modern, pasti kebudayaan lokal di Indonesia semakin dicintai oleh masyarakat asli Indonesia dan menjadi penarik wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia dan ikut mempelajari kebudayaan Indonesia. Namun, tetap menjaga asli kebudayaan lokal jangan sampai kebudayaan lokal yang beragam diakui oleh Negara lain. Kita sebagai mahasiswa dan juga masyarakat Indonesia wajib melestarikan dan menjaga kebudayaan yang kita miliki.

REFERENSI

Rektor Unud Resmikan ''Bali Shanti'' Pusat Pelayanan dan Pengembangan Budaya Bali . http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/1/11/b1.htm ( diunduh tanggal 07 April 2014 Pukul 20.00 WIB )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar